3Wh Plus 1H, Strategi Pelatihan Debat Kompetitif [2]
Bagian ini berisi materi linguistic features yang digunakan dalam berdebat. Materi diberikan dengan urutan sesuai generic structure dalam menyampaikan argumen khususnya, dan dalam melakukan debat umumnya. Untuk materi ini, coach memerlukan sumber belajar yang menyediakan tindak tutur interpersonal dan transactional. Fitur-fitur kebahasaan berikut dapat membantu coach dan peserta untuk dapat melakukan praktek debat.
Present tense dan past tense
Kedua tenses ini diberikan dalam pertemuan ke-2. Fitur bahasa ini utamanya digunakan oleh 1st speaker tim afirmatif dalam mengidentifikasi latar belakang motion. Contohnya, dalam merespon motion “THBT vernacular subjects should not be taught at schools”, present tense bisa digunakan seperti berikut.
Today, our education applies KTSP or Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. The curriculum contains some kinds of subjects to study. One of them is local content. In our city, the local content subjects are Bhasa Cirebon and Bhasa Sunda. Students must study the languages. Do they get any advantages?
Giving definition dan Giving parameter
Kedua ungkapan ini disajikan dalam pertemuan ke-3. Ungkapan-ungkapan fungsional ini digunakan oleh 1st speaker tim afirmatif. Yang pertama untuk mendefinisikan motion, dan yang kedua untuk menawarkan kepada tim negatif tentang parameter atau batasan kemana dan sampai sejauh mana motion akan diperdebatkan. Contohnya, dengan motion di atas, ungkapan yang bisa digunakan adalah sebagai berikut.
Let me define the term vernacular subjects. Vernacular subjects mean the classes or lessons about local or regional languages. So, the motion means that in our school we should not have teaching and learning of local or regional languages (Definition). But, the term “vernacular subjects” and “schools” in the motion are too general to debate. So, I propose to limit the schools into formal schools, particularly senior high schools in Cirebon Regency and Cirebon Municipality. I also suggest to focus on the veracular subjects our regency has: Bhasa Sunda and Bhasa Cherbon (Parameter).
Presenting team line dan Presenting team split
Presenting tean line dan presetning team split dibelajarkan pada pertemuan ke-4. Keduanya disampaian oleh 1st speaker dari kedua tim afirmatif and tim negatif. Yang pertama untuk menyajikan gagasan pokok tim baik yang mendukung maupun yang menentang motion dan yang kedua untuk menyajikan pembagian aspek atau argumen dalam tim. Berikut adalah contoh ungkapan dari tim afirmatif.
We, affirmative team, absolutely agree with the motion because in some perspectives teaching and learning Bhasa Cirebon and Bhasa Sunda at schools give some disadvantages to students (Team line). As a team, we have shared the arguments. I, the first speaker, would deliver the arguments in the professional perspective. The second speaker, Dede Abdul Hamid, is going to talk about cultural aspect related to teaching and learning the two languages. And, Titin Wijayanti as the third speaker will recap and emphasize our arguments in both psychological and cultural viewpoints (Team split).
Expressing assertion, giving reason, giving evidence dan linking back
Expressing assertion, giving reason, giving evidence dan linking back adalah materi-materi pokok yang dibicarakan pada pertemuan ke-5 dan ke-6. Keempatnya merupakan ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh 1st speaker dan 2nd speaker baik dari tim afirmatif maupun dari tim negatif ketika menyampaikan argumen. Assertion adalah pernyataan tegas sebagai main idea sebuah argumen tapi supporting idea bagi team line; reason adalah pernyataan yang mengungkapkan alasan logis untuk mendukung assertion; evidence adalah data berupa fakta, contoh, atau dasar hukum untuk memperkuat reason dan assertion; dan link back adalah pernyataan yang menyimpulkan argumen atau yang merujuk ke assertion. Berikut ini contoh sederhana yang diungkapkan oleh 2nd speaker tim afirmatif.
I totally go along with the motion because in cultural aspect the instruction of Bhasa Sunda and Bhasa Cirebon in schools is not useful (Assertion). The reason is that our family and society have been responsible to teach the local languages at home (Reasons). Let me give some facts. The languages are the first languages. They are our mother tongue. I was born in a Sundanese family. Since I was a baby, my parents especially my mother always speak Bhasa Sunda to me. My partner, Putri the 1st speaker, for another example, speaks Bhasa Cirebon because she was born in the family who speaks the language (Evidence). So, basically Bhasa Sunda and Bhasa Cirebon are our mother tongue. It should be our family and society who are responsible to teach them, not schools (Link back).
Summarizing team’s arguments and emphasizing team’s arguments
Summarizing team’s arguments and emphasizing team’s arguments dilatihkan pada pertemuan ke-7. Keduanya merupakan tugas yang harus dilakukan oleh 3rd speaker tim afirmatif dan tim negatif. Yang pertama merupakan ringkasan argumen-argumen yang disampaikan oleh 1st speaker dan 2nd speaker masing-masing tim. Yang kedua, tekanan atau penguatan untuk lebih memperjelas argumen dari kedua pembicara timnya. Contoh sederhananya seperti berikut.
As the 3rd speaker, I would like to make the summary of our team’s arguments. We strongly agree with the motion because from the viewpoints of profession and culture, instructing vernacular subjects at school is not advantageous. In professional viewpoint, it is hard to find the professional teachers who can teach Bhasa Cirebon and Bhasa Sunda. There is no university that opens Bhasa Cirebon program. And only UPI that opens Bhasa Sunda program for limited numbers of graduates. In cultural viewpoint, schools have no responsibility to teach the languages. Families and societies have done it since we were born. They are our first languages (Summary).
Giving POI (Point of Information) dan making rebuttal
Giving POI dan making rebuttal dipelajari dalam pertemuan ke-8. Ungkapan yang pertama, POI, adalah sanggahan atau pertanyaan yang boleh diberikan oleh semua speaker ketika speaker tim lawan sedang berbicara dalam substantive speech. Berikut contoh POI yang diberikan oleh salah satu pembicara tim negatif kepada 2nd speaker tim afirmatif:
On the point, Sir!
Second speaker tim afirmatif, yang sedang menyampaikan argumennya, memiliki hak untuk menerima atau menolak POI tersebut. Jika menolak:
No, thanks.
Jika menerima:
Yes, please!
Peminta POI kemudian menyampaikan POI-nya:
You said our family and society have been responsible, but don’t forget schools are also a part of our.
Ungkapan yang kedua, rebuttal, adalah sanggahan yang bisa diberikan oleh seorang speaker kepada speaker tim lawan yang menyampaikan argumen pada giliran sebelumnya. Contoh berikut adalah rebuttal yang dilakukan oleh 2nd speaker tim negatif untuk 2nd speaker tim afirmatif.
Before delivering my argument, I want to make a rebuttal to the 2nd speaker of affirmative team. He said that our family and society have been responsible to teach Bhasa Cirebon and Bhasa Sunda at home. but in my opinion, it is not only our family and society who should be responsible, but also schools. Schools cannot be separated from society. Schools and society must be a link and match.
Presenting reply speech
Presenting reply speech dipelajari pada pertemuan ke-9. Presenting reply speech dilakukan oleh 1st atau 2nd speaker untuk membandingkan argumen tim yang satu dengan argumen tim lawannya. Dalam reply speech, speaker harus menunjukan kekuatan argumen timnya dan kelemahan argumen tim lawan. Berikut contoh ungkapan yang diberikan reply speaker tim afirmatif.
From this debate, we affirmative team still one hundred percent agree with the motion. Our arguments are, first, teaching vernacular subjects at schools are not beneficial because finding the teachers is difficult. No or only one university that creates the vernacular subject teachers; second, instructing vernacular subjects at schools is wasting time because our parents have taught them at home. On the other hand, negative team disagrees with the motion. Their arguments are, first, ...; second, …. Our arguments are more logical and consistent because ….. But the arguments of negative team are less logical and consistent because ….
What to Prepare
Setelah peserta pelatihan menerima materi tentang debat secara umum dan materi kebahasaan beserta langkah-langkah retorikanya dalam dua bagian di atas, pada bagian ini mereka siap menerima dua materi persiapan simulasi debat: debating match management dan case building. Dalam materi pertama (pertemuan ke-10), coach melatih peserta untuk dapat menjadi chairperson dan time keeper pertandingan debat. Berikut adalah ungkapan-ungkapan yang dapat digunakan chair person.
Chairperson
Chairperson bertugas, pertama, membuka debating match.
Good morning, Ladies and Gentlemen. Welcome to English Debating Competition.
Kemudian memperkenalkan peserta debat, adjudicators, chairperson dan time keeper.
On the right side is affirmative team, with Mr./Miss … as the first speaker, Mr./Miss … as the second speaker, and Mr./Miss … as the third speaker. The reply speech will be delivered by Mr./Miss …. On the left side is negative team, with Mr./Miss … as the first speaker, Mr./Miss … as the second speaker, and Mr./Miss … as the third speaker. The reply speech will be delivered by Mr./Miss …. This debate is adjudicated by Mr./Miss/Mrs. … as adjudicator 1, Mr./Miss/Mrs. … as adjudicator 2, and Mr./Miss/Mr. … as adjudicator 3. We are … as chairperson, and … as time keeper.
Chairperson kemudian menyampaikan aturan-aturan debat.
For the substantive speech, time keeper will knock once at the 1st minute showing that POI can be delivered; time keeper will knock once at the 6th minute showing that POI is not allowed; time keeper will knock twice at the 7th minute and continuously at the 20th second of the 7th minute showing that time for speech is over and any further explanation will be penalized. For the reply speech, time keeper will knock once at the 3rd minute; once at the 4th minute and continuously at the 20th second of the 4th minute showing that time for speech is over and any further explanation will be penalized.
Chairperson mempersilahkan setiap speaker untuk menyampaikan pidatonya ketika gilirannya tiba.
I call upon the first/second/third/reply speaker of affirmative/negative team to deliver a speech.
Chairperson juga mempersilahkan adjudicator untuk menyampaikan verbal adjudication setelah semua debaters selesai menyampaikan pidatonya.
First/second/next verbal adjudication will be delivered by Mr./Miss/Mrs. ….
Time keeper
Time keeper bertugas, pertama, memberi tanda dengan ketukan ketika speaker sedang berpidato. Satu ketukan, dua ketukan, ketukan terus menerus. Time keeper selanjutnya mengumumkan waktu yang dihabiskan oleh speakers setelah setiap speaker menyampaikan pidatonya.
The first/second/third/reply speaker of affirmative/negative team spent … minutes (and … seconds).
Dalam materi kedua (pertemuan ke-11), case building, coach melatih dan membimbing peserta untuk dapat melakukan brainstorming secara tim dan individual sebelum debat dilakukan. Coach dapat memfasilitasi setiap tim dengan menggunakan peta argumen tim dan lembar kerja individual. Peta argumen digunakan untuk mengelaborasi team case secara umum melalui diskusi tim, berisi isian yang harus dilengkapi dengan latar belakang motion, definisi motion, parameter debat, team line dan team split. Lembar kerja digunakan oleh masing-masing speaker dalam tim untuk mengelaborasi argumennya sesuai split yang telah ditentukan dalam peta argumen.
Dengan kedua media tersebut, coach dapat melatih setiap tim dalam menerapkan language features dan generic structure argumentasi yang telah dilatihkan dalam bagian terdahulu. Materi-materinya adalah bagaimana mengidentifikasi latar belakang motion, bagaimana memberi definition terhadap motion, bagaimana menentukan parameter debat, bagaimana menentukan team line dan team split, dan bagaimana mengelaborasi argumen.
How to simulate debating
Bagian terakhir adalah implementasi seluruh materi yang telah dilatihkan dalam tiga bagian sebelumnya. Bagian ini terdiri dari 4 pertemuan (pertemuan ke-12 – ke-15). Pada setiap pertemuan, coach bisa melakukan tiga tahap: persiapan, case building dan debating match. Pada tahap persiapan, langkah-langkahnya adalah: pertama, mengelompokan peserta, dengan tiga peserta dalam setiap kelompoknya, misalkan 12 peserta menjadi 4 grup: A, B, C dan D; memasangkan kelompok satu dengan lainnya, misalkan grup A berpasangan dengan grup C; B dengan D; menentukan pada setiap pasangan tersebut mana tim afirmatif dan mana tim negatif; memberikan motion yang berbeda pada pasangan-pasangan tersebut dan meminta pada setiap tim untuk menentukan 1st speaker, 2nd speaker, 3rd speaker dan reply speaker.
Pada tahap case building, coach memberikan waktu 30 menit kepada tim-tim yang akan bermain untuk membangun team case. Dengan memberi media berupa peta argumen tim dan lembar kerja individual, coach meminta setiap tim untuk mengidentifikasi latar belakang motion, memberi definition terhadap motion, menentukan parameter debat, menentukan team line dan team split, dan mengelaborasi setiap argumen. Pada tahap debating match, coach meminta dua peserta tim yang belum/telah bermain untuk menjadi pengatur pertandingan debat. Satu berperan sebagai chairperson dan lainnya sebagai time keeper. Supaya terjadi feedback, coach bertindak sebagai adjudicator ketika dua tim sedang berdebat dan menyampaikan verbal adjudication ketika kedua tim selesai berdebat.
Dari pertemuan ke-12 sampai ke-15, coach menentukan progress yang harus dicapai. Misalnya, dalam pertemuan ke-12, simulasi debat berkonsentrasi pada substantive speech dengan target durasi waktu minimal 4 menit yang harus dicapai setiap speaker, tanpa rebuttal dan tanpa POI; pertemuan ke-13, substantive speech dengan minimal waktu 6 menit dan reply speech dengan minimal waktu 3 menit, masih tanpa rebuttal dan POI; pertemuan ke-14, sama dengan pertemuan sebelunya, tapi menyertakan rebuttal dan POI; dan akhirnya, simulasi debat mengharuskan pemanfaatan waktu maksimal, 7 menit untuk substantive speech dan 5 menit untuk reply speech, tentu saja dengan rebuttal dan POI.
Baca dan miliki juga bukunya: Let's Practice Debating
Refearensi
Departemen Pendidikan Nasional, 2009, Debating Handbook, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Harahap, Permata, 1999, What Is Competitive Debating?, Depok: English Debating Society Universitas Indonesia.
Komentar
Posting Komentar