3Wh Plus 1H, Strategi Pelatihan Debat Kompetitif [1]


Debat merupakan adu argumen yang dirancang dan disusun oleh dua belah pihak untuk mempengaruhi dan menghibur audiens dengan menggunakan bahasa yang  meyakinkan orang bahwa satu pihak lebih kuat dari pihak lainnya (Harahap, 1999; Depdiknas, 2009).  Debat biasa terjadi di gedung parlemen untuk menentukan sebuah kebijakan yang berpihak pada dan berseberangan dengan pemerintah. Debat juga sering digunakan menjelang Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah untuk menarik calon pemilih. Bahkan, acara debat yang mengangkat isu-isu hangat dijadikan acara andalan dalam menaikan rating  stasiun TV.

Diadopsi kedalam pembelajaran, debat diadaptasi menjadi competitive debating, yakni simulasi debat yang menirukan debat riil seperti di gedung parlemen atau dalam ajang kampanye. Praktik simulasi bisa terintegrasi dalam pembelajaran (sebagai metode) di kelas; bisa dalam latihan rutin kegiatan ekstrakurikuler English Club; bahkan bisa dalam bentuk turnamen antar pelajar tingkat kota/kabupaten/provinsi/nasional.  Selain untuk mengasah keterampilan berbahasa dan komunikasi, kegiatan debat bertujuan untuk melatih berpikir kritis dan bersikap toleran. Karena, walaupun fokus pada satu isu kontroversial, debat memerlukan berbagai kajian interdisipliner. Kajian sosiologi, budaya, hukum, politik, pendidikan dan lainnya saling berkaitan memberi kontribusi komplementer dalam debat tentang, katakanlah, kasus pemeriksaan hukum tokoh partai yang diduga sedang mengalami gangguan kesehatan. Untuk menghindari “debat kusir,” kegiatan debat juga memiliki aturan yang disepakati oleh pihak-pihak yang berdebat. Sehingga debat berjalan terstruktur, terarah, beradab dan toleran tanpa unsur rasial, personal attack dan barracking.

Kompetisi debat Bahasa Inggris sudah menjadi agenda tahunan di tingkat Pendidikan Menengah Atas. Seperti olimpiade sain, debat Bahasa Inggris dilombakan secara bertahap, dari mulai tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional sampai tingkat internasional. Hal tersebut dilakukan bukan tanpa tujuan. Salah satunya adalah mengasah dan membudayakan critical thinking. Untuk menanamkan sikap tersebut, di setiap sekolah dibentuk kegiatan ekstrakurikuler  Debating Club.

3Wh Plus 1H adalah strategi pelatihan debat kompetitif yang merupakan kepanjangan dari dan sekaligus mencerminkan empat tahap pelatihan. Mereka adalah What to know (about Debate), What to Say (in Debating), What to Prepare (for Competitive Debating) dan How to simulate (Competitif Debating). Keempat tahap ini direalisasikan dalam 15 pertemuan dengan 90 menit setiap pertemuannya. Tahap pertama, What to Know, terdiri dari hanya 1 pertemuan; tahap kedua, What to Say, 8 pertemuan; tahap ketiga, What to Prepare, 2 pertemuan; dan tahap  terakhir, How to Simulate, 4 pertemuan. 

Baca dan miliki juga bukunya: Let's Practice Debating

What to Know

Bagian ini memperkenalkan beberapa konsep penting yang harus dikuasai peserta latihan sebagai prasyarat untuk dapat melakukan praktek debat. Dalam bagian ini coach memfasilitasi peserta latihan untuk dapat mengidentifikasi apa yang dimaksud dengan debat, apa yang diperdebatkan, siapa yang berdebat, dan bagaimana mekanisme debat. Pengertian-pengertian berikut bisa membantu baik coach maupun peserta dalam memahami konsep debat.

Debat merupakan adu argumen yang dirancang dan disusun oleh dua belah pihak untuk mempengaruhi dan menghibur audiens dengan menggunakan bahasa untuk meyakinkan orang bahwa satu pihak lebih kuat dari pihak lainnya (Harahap, 1999; Depdiknas, 2009).  Debat yang sesungguhnya, terjadi di parlemen; sedangkan kompetisi  yang mensimulasikan debat disebut competitive debating

Competitive debating is debating using a specific format. With formats, people are regulated to speak one at a time and each side is given the same amount of time and opportunity to prove their point” (Depdiknas, 2009). 

Competitive debating memperdebatkan tentang sebuah motion.  Motion menyatakan usulan yang menentukan apa yang akan diperdebatkan (Harahap, 1999). Dalam competitive debating ada dua pihak yang berdebat: tim afimatif dan tim negatif. Tim yang pertama disebut juga tim proposisi atau tim pemerintah yang mendukung atau setuju dengan motion. Tim kedua biasa disebut tim oposisi yang menentang atau tidak setuju dengan motion. Masing-masing tim memiliki 3 pembicara, yang dalam kompetisi debat disebut debaters dan dalam pelatihan debat disebut debates, atau jika ditunjuk secara individual disebut 1st speaker, 2nd speaker dan 3rd speaker. Dalam memperdebatkan motion setiap tim melakukan dua bagian pidato, yaitu pidato utama (substantive speech) dan pidato balasan (reply speech). Setiap pembicara dalam masing-masing tim memiliki tugas seperti diilustrasikan dalam Gambar mekanisme debat.


                                                           Bersambung >>>


Komentar

Most Frequently Read

English Modul 1: Report Text "Covid-19 and Vaccine"

Bahan Ajar X MIPA: Brochure, Leaflet, Pamphlet and Banner

Bahan Ajar X IPS: Describing Local Historical Places