Pengembangan Bahan Ajar melalui Teknik Adaptasi SMSHT


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 8, mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi. Kemudian Pasal 10 ayat (1) memperjelas bahwa kompetensi yang dimaksud adalah kopetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

Berkaitan dengan kompetensi pedagogik, khususnya yang berkenaan dengan materi pelajaran, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Akademik dan Kualifikasi Guru, dalam lampirannya pada Kompetensi Inti 3 dan 4 yang kemudian dirinci dalam Kompetensi 3.4, 3.5 dan 4.5, menyatakan bahwa guru harus:

Kompetensi Inti

Kompetensi

3.

Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

3.4.

Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran.

3.5.

Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.

4.

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

4.5.

Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang diampu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh.


Dari dua perundang-undangan tersebut jelas bahwa guru dituntut untuk kreatif dalam mengolah sumber belajar dan mengembangkannya menjadi bahan ajar atau materi pelajaran. Pengembangan bahan ajar ini merujuk pada rencana pembelajaran yang didalamnya sudah mempertimbangkan pengalaman dan tujuan pembelajaran, pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik.

Namun, tidak seluruh guru menunjukan berkepentingan untuk memahami, menerjemahkan dan mengimplementasikan pesan yang diamanatkan oleh undang-undang dan peraturan di atas. Masih terdapat guru yang tidak membedakan sama sekali antara sumber belajar dan bahan ajar. Guru menggunakan buku teks pelajaran sebagai salah satu sumber belajar sekaligus bahan ajar. Guru membawa buku kedalam kelas; membukanya bersama-sama peserta didik; mengajak peserta didik mempelajarinya dari bagian satu ke bagian lain, dari halaman satu ke halaman lain, dari unit satu ke unit lain; hingga di akhir semester khatam. Guru seperti ini memperlakukan secara sama dua hal yang berbeda: sumber belajar dan bahan ajar.

Dari situasi di atas, dapat ditegaskan bahwa pengembangan bahan ajar merupakan hal yang mendesak dan harus dilakukan oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun, guru harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara sumber belajar dan bahan ajar.

Tulisan ini bertujuan untuk  mendeskripsikan perbedaan antara sumber belajar dan bahan ajar, adaptasi sumber belajar kedalam bahan ajar dan langkah-langkah pengembangan bahan ajar melalui teknik adaptasi SMSHT. Manfaat yang bisa didapatkan jika tujuan ini tercapai adalah bahwa guru dapat menjadikannya sebagai referensi dalam mengembangkan bahan ajar dari sumber belajar yang tersedia.

Sumber Belajar dan Bahan Ajar

Sumber belajar dan bahan ajar pada dasarnya sama, yaitu untuk membantu peserta didik belajar dan guru mengajar. Tomilson (2011) menggunakan kata “Materials” untuk menyebut keduanya. Yaitu,

“Anything which is used to help language learners to learn. Materials can be in the form, for example, of a textbook, a workbook, a cassette, a CD-ROM, a video, a photocopied handout, a newspaper, a paragraph written on a whiteboard: anything which presents or informs about the language being learned.”

Tomilson, namun, juga mengemukakan “Materials Adaptation” yang berarti merubah bahan untuk membuatnya lebih baik dan lebih cocok dengan peserta didik. Bahan yang dimaksud disini adalah bahan mentah (raw materials) atau sumber belajar yang perlu mendapat perubahan agar menjadi bahan siap pakai (redy-to-use materials) atau bahan ajar atau materi pelajaran.

Jadi, sumber belajar dan bahan ajar bisa memiliki kesamaan dalam bentuk seperti yang dicontohkan di atas: buku teks pelajaran, buku kerja, kaset, CD-ROM, video, lembaran fotocopy dan seterusnya. Bedanya adalah sumber belajar masih original belum mendapat perlakuan apapun dari guru dan belum tentu sesuai dengan rencana pembelajaran, kebutuhan dan karakteristik peserta didik; sedangkan bahan ajar sudah dikembangkan oleh guru sehingga kemungkinan besar sudah sejalan dengan rencana dan mampu memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Adaptasi Sumber belajar menjadi bahan ajar

Tomlinson (2001, dalam Harsono, 2007) menjelaskan dua tataran pengembangan bahan ajar. Yaitu, pengembangan bahan ajar sebagai kajian teoritis dan pengembangan bahan ajar sebagai upaya praktis. Dalam kajian teoritis, pengembangan bahan ajar mendiskusikan prinsip-prinsip dan prosedur perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sumber pembelajaran. Sebagai upaya praktis meliputi penyusunan, penilaian dan penyesuaian sumber belajar oleh guru sendiri untuk kepentingan kelasnya dan oleh penulis buku untuk kepentingan komersilnya.

Tulisan ini mendiskusikan pengembangan bahan ajar sebagai upaya praktis dengan berkonsentrasi pada penyesuaian (adaptation) sumber belajar kedalam bahan ajar. McDonough dkk. (2013) mendefinisikan bahwa mengadaptasi adalah proses penyesuaian faktor eksternal dengan faktor internal. Faktor ekstenal adalah apa yang kita miliki di luar sumber belajar dan faktor internal adalah apa yang disajikan yang berasal dari sumber belajar itu sendiri. Nikoopour dan Farsani (2011) menyebutkan faktor eksternal meliputi karakteristik peserta didik, lingkungan fisik, sumber-sumber lain dan ukuran kelas; dan fakror internal meliputi pemilihan topik yang disajikan, cakupan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik, tingkat penguasaan yang harus dimiliki peserta didik dan  penilaian latihan yang harus dilakukan guru.

Banyak teknik adaptasi sumber belajar kedalam bahan ajar direkomendasikan oleh pakar-pakar pembelajaran. McDonough dan Shaw (1993), Cunningsworth (1995) mengajukan lima teknik adaptasi: 1) menambahkan (adding), 2) menghilangkan (deleting), 3) menyederhanakan (simplifying), 4) menyusun ulang (reordering) dan 5) mengganti (replacing) materi. McDonough dan Shaw membagi adding kedalam menambahkan kuantitas (extending) dan menambahkan kualitas (expanding). Jack C. Richards lebih memperjelas bahwa yang diadaptasi tidak hanya substansi (content) tapi bisa juga aktivitas (tasks), yaitu memodifikasi isi dan kegiatan (modifying content and tasks), menambahkan/mengembangkan atau menghilangkan isi (adding/extending or deleting content), menyusun ulang isi materi (reorganizing content) dan memunculkan yang hilang (addressing omissions).

Harmer, 2001 dan Lamie, 1999 lebih menekankan pada penyesuaian kegiatan pembelajarannya daripada pada materinya:

1.      add activities to those already suggested;

2.      meet out activities that do not meet your learners’ needs;

3.      replace or adapt activities or materials with:

-        supplementary materials from other commercial texts,

-        authentic texts (newspapers, radio reports, flm, etc.),

-        teacher-created supplementary materials;

4.      change the organisational structure of activities, for example, pairs, small groups or whole calss.

Nikoopour dan Farsani (2011) lebih memerinci teknik-teknik, kecuali simplifying dan reordering. Selain expanding dan extending seperti dikemukakan oleh McDonough dan Shaw di atas, Nikoopour dan Farsani membagi deleting materials menjadi dua: menghilangkan secara kuantitatif (substracting) dan menghilangkan secara kualitatif (abridging); dan memodifikasi materi bisa  berupa modifikasi substansi linguistik (re-writing) dan modifikasi managemen kelas (re-structuring).

Teknik Adaptasi SMSHT


Dari teknik-teknik yang diajukan oleh para pakar di atas, penulis menyimpulkan bahwa lima perlakuan bisa diambil guru dalam mengadaptasi sumber belajar agar menjadi bahan ajar yang siap disajikan di kelas. Perlakuan  ini, penulis sebut, adaptasi SMSHT.

Persoalannya, apa yang disederhanakan, dimodifikasi, disusun ulang dihilangkan dan ditambahkan? Di atas dijelaskan bahwa adaptasi dari sumber belajar kedalam bahan ajar merupakan penyesuaian faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari buku teks itu sendiri sebagai sumber belajar, seperti topik yang dibahas, keterampilan dan tingkat pencapaian yang ditargetkan dan penilaian latihan yang harus dilakukan. Muatan pokok atau pesan buku tersebut disampaikan melalui  ilustrasi linguistik (teks)1, deskripsi visual (gambar, grafik, bagan, dll.)2, kegiatan-kegiatan belajar (learning tasks)3 dan pertanyaan-pertanyaan/masalah (soal latihan)4. Agar dapat direspon dan direproduksi oleh peserta didik, keempat jenis isi buku ini dikomunikasikan dengan  instruksi dan penjelasan teknis5. Kelima komponen inilah yang mendapatkan perlakuan adaptasi jika tidak sesuai dengan faktor eksternal, khususnya berkenaan dengan kebutuhan, karakteristik peserta didik yang sudah terwakili dalam RPP. Berikut uraian adaptasi SMSHT yang dimaksud.

1.   Sederhanakan ilustrasi linguistik, deskripsi visual, kegiatan belajar, pertanyaan problematis dan perintah/penjelasan teknis dalam buku sumber yang terlalu kompleks dan melebihi tingkatan berpikir peserta didik dalam indikator pencapaian kompetensi dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP.

2.   Modifikasi ilustrasi linguistik, deskripsi visual, kegiatan belajar, pertanyaan problematis dan perintah/penjelasan teknis dalam buku sumber yang sifat dan fokusnya tidak melayani indikator pencapaian kompetensi dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP.

3.   Susun Ulang ilustrasi linguistik, deskripsi visual, kegiatan belajar, pertanyaan problematis dan perintah/penjelasan teknis dalam buku sumber yang urutannya tidak sejalan dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP.

4.   Hilangkan baik jumlah maupun bobot (bagian-bagian dari) ilustrasi linguistik, deskripsi visual, kegiatan belajar, pertanyaan problematis dan perintah/penjelasan teknis yang terdapat dalam buku sumber tapi tidak dikehendaki oleh indikator pencapaian kompetensi dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP.

5.   Tambahkan baik jumlah maupun bobot (bagian-bagian dari) ilustrasi linguistik, deskripsi visual, kegiatan belajar, pertanyaan problematis dan perintah/penjelasan teknis yang tidak ada dalam buku sumber tapi dikehendaki oleh indikator pencapaian kompetensi dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirumuskan dalam RPP.

Menutup tulisan ini, penulis berkesimpulan dan merekomendasikan bahwa sumber belajar tidak sama dengan bahan ajar. Sumber belajar tidak memiliki jaminan sesuai dengan, memenuhi dan mencerminkan rencana pembelajaran yang telah mewakili kebutuhan dan karakteristik peserta didik melalui rumusan indikator, tujuan dan langkah-langkah pembelajarannya. Agar memiliki jaminan tersebut, guru harus hadir melakukan adaptasi sumber belajar menjadi bahan ajar. Adaptasi yang direkomendasikan adalah SMSHT. Bagian-bagian materi tertentu harus diSederhanakan, diModifikasi, diSusun ulang, diHilangkan dan diTambahkan.


Simak juga:

  1. Video Presentasi Pengembangan Sumber Belajar Menjadi Bahan Ajar, dan 
  2. PPT Presentasi Pengembangan Sumber Belajar Menjadi Bahan Ajar


Daftar Pustaka

Cunningsworth, A. (1995): Choosing your course book. Moscow: Heinemann.

Harmer (2001): Coursebook. A Human, Cultural and Linguistic Dissaster? MET, 8(4), 5-10

Harsono, Y. M. (2007): Developing Learning Materials for Specific Purposes,  TEFLIN Journal, Volume 18, Number 2

Lamie, J. (1999): Prescriptions and Cures: Addapting and Supplementing, MET, 8(3), 49-53

McDonough, J. and C. Shaw. (1993): Materials and Methods in ELT. Oxford: Blackwell.

Nikoopour, Jahanbakhsh dan Mohammad Amini Farsani (2011): English Language Teaching Material Development, Journal of Language and Translation Volume 2, Number 2, (pp.1-12)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Akademik dan Kualifikasi Guru

Richards, Jack C. The Role of Textbooks in a Language Program

Tomlinson, Brian (2011): Materials Development in Language Teaching, Cambridge: Cambridge University Press

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen




Komentar

Most Frequently Read

English Modul 1: Report Text "Covid-19 and Vaccine"

Bahan Ajar X MIPA: Brochure, Leaflet, Pamphlet and Banner

Bahan Ajar X IPS: Describing Local Historical Places